
Makassar, 26 September 2025 – SMP Negeri 6 Makassar kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan karakter berbasis kerukunan dan toleransi. Hari ini, Jumat (26/9), sekolah ini ikut berpartisipasi dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bekerja sama dengan UIN Mataram.
FGD yang berlangsung di Hotel Aston Inn Pantai Losari Makassar ini merupakan bagian dari hasil penelitian dan riset dosen-dosen UIN Mataram yang dipimpin oleh Dr. Ermawati, M.Ag., bersama enam anggota tim periset lainnya. Tema besar yang diangkat adalah implementasi pendidikan kerukunan beragama di sekolah-sekolah sebagai bagian dari upaya menjaga harmoni bangsa.
Acara ini diikuti oleh beberapa sekolah di Kota Makassar, antara lain SMP Negeri 6, SMP Negeri 2, SMA Negeri 1, dan SMA Negeri 16 Makassar.
Dalam FGD ini, Kepala SMP Negeri 6 Makassar, Bapak Muh. Ashar Kadir, S.Pd., M.Pd., tampil sebagai panelis. Beliau memaparkan program-program sekolah yang berfokus pada penguatan kerukunan beragama sejalan dengan tagline sekolah, “Sekolahku Surgaku, Mewujudkan Murid yang Cerdas dan Berkarakter.”
Tiga program unggulan yang dipaparkan antara lain:
-
Pelangi Toleransi: Diskusi Lintas Iman – sebuah forum dialog antarpelajar dari latar belakang agama yang berbeda untuk membangun sikap saling memahami.
-
Jejak Kebaikan: Aksi Sosial Lintas Komunitas – kegiatan sosial bersama, seperti bakti lingkungan, kunjungan panti asuhan, dan kegiatan amal, yang melibatkan semua siswa tanpa membeda-bedakan.
-
Gelar Karya Toleransi: Seni dan Ekspresi Damai – ajang unjuk karya seni siswa berupa musik, tari, puisi, dan lukisan yang bertemakan persatuan dan kedamaian.
Dalam penyampaiannya, Kepala SMPN 6 Makassar menekankan pentingnya membangun toleransi sejak dini.
“Kerukunan bukan hanya diajarkan lewat teori, tetapi harus dihidupkan dalam keseharian siswa. Dengan program ini, kami ingin mencetak generasi yang cerdas secara akademik sekaligus memiliki karakter mulia yang menghargai perbedaan,” ujar Muh. Ashar Kadir.
Ketua tim peneliti, Dr. Ermawati, M.Ag., dalam sambutannya mengungkapkan apresiasi tinggi kepada SMP Negeri 6 Makassar dan sekolah-sekolah lain yang bersedia berbagi praktik baik.
“Kami melihat bahwa sekolah memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai kerukunan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana inovasi di sekolah, seperti yang dilakukan SMPN 6 Makassar, mampu menjadi model dalam penguatan toleransi di lingkungan pendidikan,” jelas Dr. Ermawati.
Beliau juga berharap bahwa hasil FGD ini bisa memberikan rekomendasi nyata untuk program nasional dalam memperkuat moderasi beragama di sekolah.
Selain kepala sekolah, SMP Negeri 6 Makassar juga mengutus guru dan siswa sebagai peserta aktif dalam diskusi. Mereka adalah Muhammad Warham, S.PdI., M.PdI., Armin Setiawan, S.Ag., serta seorang siswa bernama Yusuf Afra.
Muhammad Warham yang juga merupakan guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 6 Makassar menyampaikan pandangannya terkait kegiatan ini.
“FGD ini membuka wawasan kita sebagai pendidik. Selama ini, guru sering berfokus pada pengajaran mata pelajaran, namun lupa bahwa kerukunan adalah fondasi penting kehidupan sosial. Program lintas iman yang digagas sekolah kami menjadi bukti bahwa pendidikan karakter bisa berjalan berdampingan dengan akademik,” ujar Warham.
Beliau menambahkan bahwa keterlibatan siswa seperti Yusuf Afra adalah langkah tepat untuk melatih mereka berpikir kritis, berdialog dengan sehat, dan menanamkan nilai keberagaman sejak usia remaja.
Kegiatan FGD ini memperlihatkan bagaimana kolaborasi antara lembaga riset, sekolah, dan pemerintah bisa menghasilkan gagasan yang relevan dengan kebutuhan bangsa. Dengan menghadirkan sekolah-sekolah dari berbagai jenjang, forum ini menciptakan ruang diskusi yang kaya akan pengalaman nyata di lapangan.
Para peserta mengakui bahwa tantangan di sekolah saat ini semakin kompleks, mulai dari intoleransi hingga isu perundungan. Namun, program-program kreatif yang mengedepankan toleransi, kepedulian sosial, dan seni budaya diyakini mampu menjadi solusi konkret.
FGD yang berlangsung hingga siang hari ini ditutup dengan sesi tanya jawab dan perumusan poin-poin rekomendasi. Semua pihak berharap agar hasil kegiatan ini tidak berhenti pada diskusi, tetapi benar-benar diimplementasikan dalam kebijakan dan program pendidikan di masa depan.
“Kami percaya, sekolah adalah benteng pertama dalam membentuk generasi bangsa. Dan dengan membangun kerukunan sejak dini, kita sedang menyiapkan masa depan Indonesia yang damai dan bersatu,” tutup Muh. Ashar Kadir.